Selasa, 28 September 2010

KEBUDAYAAN SULAWESI UTARA

Penduduk Sulawesi Utara terdiri atas 3 etnis dan bahasa yang berbeda-beda, yaitu :
1. Suku Minahasa 
    (Toulor, Tombolu, Tonsea, Tontenboan, Tonsawang, Ponosokan, dan Batik)

2. Suku Sangine dan Talaud
   (Sangie Besar, Siau, Talaud)

3. Suku Bolaang Mongindow
   (Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang)

Walaupun demikian,Bahasa Indonesia digunakan dan dimengerti dengan baik oleh sebagian besar penduduk Sulawesi Utara didominisi oleh : 
       -Suku Minahasa (33,2%)
       -Suku Sangir (19,8%)
       -Suku Bolaang Mangondow (11,3%)
       -Suku Gorontalo (7,4%)
       -Suku Totemboan (6,8%)
Bahasa daerah Manado menyerupai Bahasa Indonesia tapi dengan logat yang khas.
Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari Bahasa Belanda dan Portugis karena daerah ini merupakan wilayah jajahan Belanda dan Portugis.

Lagu Daerah :
-Si Patokaan
-O Ina Ni Keke

Mayoritas penduduk disana beragama Kristen dan Katolik. Sejumlah besar gereja dapat ditemui di seantero kota. Meski demikian, masyarakat Manado terkenal sangat toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya Kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Hal itu tercemin dari semboyan masyarakat sekitar yaitu Torang Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara).

Berikut adalah gambar dari musik tradisional dari Sulawesi Utara.

Kolintang adalah adalah musik tradisional dari Sulawesi Utara.
Alat ini terbuat dari sejumlah kayu yang berbeda-beda panjangnya sehingga menghasilkan nada yang berbeda-beda. Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.